ADAT SUKU BUGIS

Hidup ini memiliki kisah masing-masing. Bagi suku Bugis, setiap alur kehidupan memiliki arti yang sangat penting. Setiap manusia yang akan memasuki babak kehidupan baru, harus mengikuti tahapan upacara adat.
Upacara Masa Kehamilan
A. Makkatenni sanro (menghubungi dukun), yaitu upacara penyampaian kepada dukun yang telah dipilih berdasarkan musyarawah kedua keluarga atau nasehat dari masyarakat dan orang tua. Jika pemilihan dukun disetujui, maka dukun akan diberikan kepercayaan untuk merawat ibu dan bayinya nanti.

B. Mappanre to mangideng (menyuapi ibu hamil), yaitu upacara yang dilakukan pada bulan pertama masa kehamilan atau mangngideng atau ngidam. Biasanya dilalui dengan bermacam acara. Selain itu diberikan pula pantangan untuk makan makanan tertentu dan melakukan perbuatan tertentu, baik untuk calon ibu maupun calon ayah.

C. Maccera Wettang
(mengurut perut), yaitu upacara yang dilakukan pada waktu usia kandungan memasuki bulan ke-7. Biasa juga dilakukan saat usia kandungan memasuki bulan-bulan terakhir. Upacara ini dilakukan di rumah calon ibu dan dihadiri oleh keluarga serta kerabat yang dipimpin oleh dukun beranak dan imam atau guru.

Upacara Masa Kelahiran Bayi
Setelah masa kehamilan mencapai usia 9 bulan dan sedang menanti masa-masa melahirkan (mattajeng esso atau menunggu hari kelahiran). Biasanya keluarga hadir untuk menunggu proses sang ibu melahirkan. Proses persalinan dibantu oleh dukun yang telah dipilih.

Upacara Masa Kanak-Kanak
Ketika anak berusia 10-11 bulan dan sudah bisa duduk, saat itulah gelang dan jempang akan dikenakan kepada anak berjenis kelamin perempuan. Jempang adalah semacam penutup kelamin bagi anak perempuan yang berbentuk segitiga. Demikian juga karawi yang merupakan perisai berbentuk bundar yang dikenakan pada dada. Pemakaian jempang biasanya disesuaikan dengan stratifikasi sosial sang orang tua.
Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan setelah itu adalah :
- Upacara rippakalleja ri tana atau upacara turun tanah untuk pertama kalinya yang dilakukan oleh sanro (dukun).
- Upacara mappattengeng atau upacara mengajar anak berjalan dengan menggunakan tongkat bambu yang diisi beras ketan yang dibakar.
- Upacara malleja ri tana, dilakukan jika anak mulai berjalan.
- Upacara saat sang anak memasuki usia dewasa, yaitu :
a.Mappanre Temme
Ketika berusia 8-11 tahun, anak-anak diantar ke guru mengaji untuk belajar berbagai pengetahuan dasar tentang agama.
b.Khitanan
Saat anak berusia 13 tahun untuk laki-laki, dan 5-7 tahun untuk perempuan, maka diadakan upacara peralihan yang disebut dengan upacara sunat atau khitanan. Bagi laki-laki disebut massuna, sedang bagi perempuan disebut makkatte’. Acara ini juga disebut acara mappaseleng (pengislaman). Untuk anak perempuan biasanya disertai dengan upacara rippabbajui/mappasang baju bodo. Ini adalah upacara pertama kalinya seorang anak perempuan mengenakan baju bodo.